Bagaimana perkembangan Cashless Society dewasa ini? Apakah Anda sudah mengetahuinya atau belum?
Jika belum, tidak ada salahnya Anda membaca tulisan ini hingga tuntas karena akan membahasnya lebih detail.
Bukan hanya terkait perkembangannya saja, tetapi juga mengenai pengertian Cashless Society itu sendiri.
Hal itu dikarenakan masyarakat sudah mempraktikkannya saat ini, entah disadari atau tidak. Terutama masyarakat di Indonesia yang semakin sadar akan bertransaksi non tunai. Dimana jual beli tak perlu melibatkan uang tunai atau cash.
Namun sebagai gantinya, bisa menggunakan fasilitas kartu debit, kartu kredit, uang digital, dan lain sebagainya. Tentu saja ada kelebihan dan kekurangannya, tetapi masih lebih mudah, praktis, dan aman.
Perkembangan Cashless Society yang Tinggi
Anda bisa membayangkan sendiri ketika berbelanja di pasar tradisional dengan membawa segepok uang yang baru saja diambil dari mesin ATM.
Perjalanan dari rumah ke mesin ATM cukup jauh. Belum lagi mengantri ambil uangnya, mesin mati / error, atau ada kejadian kurang mengenakkan lainnya.
Setelah berhasil mengambil uang, Anda masih harus melakukan perjalanan ke pasar tradisional yang juga cukup jauh.
Selanjutnya, masuk ke dalam pasarnya yang panas, sumpek, dan berbau tak sedap. Berhimpitan dengan banyak orang dan tawar menawar harga dengan sang penjual yang cukup menyita tenaga.
Pada saat membayar barang yang dibeli dengan uang pecahan Rp 50 ribu atau Rp 100 ribu, bukan tidak mungkin untuk kembaliannya terselip uang palsu yang disinyalir hingga sekarang masih marak.
Jika Anda menerimanya, apakah mengetahuinya atau tidak? Tentu saja tidak peduli karena kondisi di pasar tradisional seperti itu yang tidak memungkinkan untuk bisa mempedulikan detailnya.
Dampak Positif di Tengah Masyarakat
Uraian di atas bukan bermaksud menjelek-jelekkan pasar tradisional. Namun demikian, itulah realita yang dialami sebagian masyarakat di Indonesia terutama yang belum melek perihal transaksi non tunai yang lebih menguntungkan.
Dimana transaksi tersebut menjadi bagian tak terpisahkan dari Cashless Society yang dibahas pada tulisan ini.
Memang praktik jual beli menggunakan uang tunai lebih identik kepada masyarakat di wilayah pedesaan atau di pinggiran.
Selain itu, mereka yang berada di kelas ekonomi menengah ke bawah juga masih menerapkannya.
Meskipun kenyataannya, tidak menutup kemungkinan kalangan menengah ke atas juga melakukan hal yang sama.
Hal tersebut berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari masyarakat itu sendiri saat bertransaksi jual beli.
Mengapa Gaya Hidup Kita Mudah Berubah
Praktik dan penggunaan alat pembayaran non tunai yang bersifat digital semacam itulah yang menandai perkembangan Cashless Society di tengah masyarakat Indonesia.
Salah satu efek berkembangnya internet ialah cara masyarakat untuk mencari pinjaman dana tunai yang saat ini sudah mudah diperoleh melalui fasilitas internet dan aplikasi seperti Danafina ini.
Dan faktor utama pendukung makin luas dan banyak orang bertransaksi non tunai, yaitu arus informasi yang begitu pesat.
Sementara itu, arus informasi yang pesat dan cepat sangat didukung oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Dimana kecanggihan teknologi internet berbasis komputerisasi semakin membuat informasi dari berbagai pelosok Indonesia dan dunia bisa lebih mudah serta cepat ditangkap.
Dengan begitu, informasi perbankan yang berkaitan dengan transaksi non tunai bisa diketahui oleh masyarakat luas.
Selain itu, masyarakat juga mengikuti trend terkini di segala bidang. Tak terkecuali, bidang keuangan, perbankan, serta ekonomi bisnis (ekbis).
Baca juga: Mengenal Lebih Jauh Tentang Kecerdasan Finansial dan Manfaatnya
Jika melihat yang menarik perhatian, maka akan segera mencari tahu lebih detail. Selanjutnya, mereka akan bertanya dan mengikuti cara yang sudah dilakukan orang lain.
Jadi, perkembangan Cashless Society juga bisa dimulai dari sekedar ikut-ikutan trend terkini dan sering diberitakan di media massa.
Sedikit demi sedikit masyarakat akan meniru dan akhirnya menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh, berbelanja di pasar modern seperti supermarket dengan menggunakan kartu debit atau kredit untuk pembayarannya, sekitar 10 tahun yang lalu mungkin tidak banyak orang melakukannya.
Namun sekarang, lebih banyak orang berbelanja di supermarket, mall, atau minimarket mempraktikkan pembayaran non tunai.
Pasalnya, mereka tak perlu repot-repot membawa uang banyak saat berbelanja. Cukup membawa sebuah kartu saja untuk membayar barang-barang belanjaan yang dibeli.
Tentu saja tidak sembarangan kartu yang dibawa karena di dalamnya sudah ada saldo uang bernominal tertentu, baik dalam bentuk debit atau kredit.
Perubahan Dilakukan Agar Memudahkan Kita
Itulah contoh sederhana dari permulaan Cashless Society di tengah masyarakat.
Anda mungkin salah satu orang yang sudah menerapkan hal seperti itu dalam kehidupan sehari-hari.
Kita sudah merasa aman dan nyaman melakukannya, sehingga makin lama makin terbiasa. Berbeda dengan sebagian orang yang belum melakukannya.
Mereka masih bertransaksi jual beli melibatkan uang tunai, sehingga kemana saja membawa uang dalam jumlah tertentu.
Padahal hal tersebut cukup beresiko karena bisa saja uangnya hilang, dicuri orang, atau kejadian tidak menyenangkan lainnya.
Mereka belum bertransaksi non tunai karena bisa jadi karena memang belum mengetahui informasinya.
Dikarenakan tipikal orang yang gagap teknologi (gaptek), sehingga orang yang bersangkutan tidak tahu apa-apa mengenai perkembangan Cashless Society secara umum.
Selain itu, bisa juga orang tersebut sebenarnya sudah mengetahui tentang cara-cara tersebut, tetapi dia enggan mempraktikkannya dengan alasan tertentu.
Misalnya, tak ingin berurusan dengan pihak perbankan, terlalu bertele-tele pengurusan kartu debit atau kreditnya, dan alasan lainnya.
Jadi, mau tidaknya seseorang menggunakan transaksi non tunai, dia sendiri yang memutuskannya dan bukan orang lain.
Jika ada yang sekedar ikut-ikutan orang lain saja atau terbius oleh iklan bank yang menggoda, sah-sah saja atau normal.
Hal itu dikarenakan produk transaksi non tunai yang ditawarkan oleh bank begitu gencar disosialisasikan untuk masyarakat luas.
Hal tersebut bertujuan tak lepas dari menuju Cashless Society. Dimana penggunaan uang tunai secara langsung bisa diminimalkan.
Sebaliknya, penggunaan uang non tunai semakin banyak dan meluas. Hal tersebut sudah bisa dilihat ciri dan gejalanya, terutama di wilayah perkotaan.
Masyarakat perkotaan yang lebih melek teknologi dan mendapatkan informasi lebih cepat serta mudah.
Gaya hidup masyarakatnya juga sebagian besar masih dipengaruhi oleh sifat konsumtif dan mudah terpengaruh tren yang ada.
Dengan begitu, jangan heran jika masyarakatnya lebih mudah berubah dalam perilaku dan kebiasaan hidup sehari-hari.
Tak terkecuali, kebiasaan bertransaksi non tunai saat membeli produk tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tren Keuangan yang Merambah ke Berbagai Lini
Bahkan, hal semacam itu juga sudah diaplikasikan di beberapa sekolah dari berbagai jenjang. Mulai dari SD hingga SMA.
Para siswa yang membeli sesuatu di koperasi sekolah atau kantin tidak menggunakan alat pembayaran uang tunai.
Namun, mereka menggunakan kartu OSIS atau kartu pelajar yang sudah didesain sedemikian rupa untuk digunakan sebagai alat pembayarannya.
Fungsinya sama dengan kartu debit yang dikeluarkan bank. Harus diisi saldo di dalamnya terlebih dulu agar bisa digunakan untuk membeli, jika tak ada saldo, sama saja tidak bisa digunakan kartunya.
Semua contoh dan kenyataan yang ditulis di atas bertujuan menuju masyarakat yang Cashless.
Sangat mungkin sekarang dan di kemudian hari perkembangan Cashless Society semakin maju pesat demi kepentingan masyarakat itu sendiri.