Analisis Singkat Mengenai Studi Kelayakan Bisnis Mixue

studi kelayakan bisnis mixue

Pendahuluan

Mixue merupakan merek es krim dan minuman yang cukup populer di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Mixue menawarkan produk seperti es krim soft-serve, teh susu, dan minuman bubble tea dengan harga yang terjangkau.

Dengan pasar yang terus berkembang, banyak orang yang mulai tertarik untuk membuka gerai Mixue melalui skema franchise.

Namun, sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam bisnis ini, penting untuk melakukan studi kelayakan yang menyeluruh.

Kami akan membahas studi kelayakan bisnis Mixue dari berbagai aspek: mulai dari analisis pasar, teknis, manajemen, hukum, hingga keuangan.

  1. Analisis Pasar

Salah satu aspek penting dalam studi kelayakan adalah analisis pasar, yang mencakup potensi pelanggan, tren, dan persaingan.

  • Segmentasi Pasar: Target pasar Mixue adalah anak muda hingga dewasa muda, terutama mereka yang menyukai minuman manis dan es krim. Kalangan mahasiswa, pekerja kantor, dan keluarga juga menjadi target pelanggan.
  • Tren Konsumen: Konsumen Indonesia semakin tertarik pada produk es krim dan minuman bubble tea. Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah gerai-gerai minuman serupa di pusat perbelanjaan, area perkantoran, hingga kampus.
  • Persaingan: Mixue bersaing dengan merek-merek minuman lain seperti Chatime, Koi, dan Gulu Gulu. Namun, salah satu keunggulan Mixue adalah harga produknya yang sangat terjangkau dibandingkan kompetitornya.
  1. Analisis Teknis

Aspek teknis mencakup lokasi, fasilitas, dan teknologi yang digunakan dalam operasional Mixue.

  • Lokasi: Pemilihan lokasi sangat penting. Lokasi strategis di dekat sekolah, kampus, perkantoran, atau mall dapat menarik lebih banyak pelanggan. Lokasi di pusat keramaian akan sangat memengaruhi volume penjualan.
  • Peralatan dan Fasilitas: Untuk membuka gerai Mixue, pemilik franchise perlu menyediakan mesin pembuat es krim, dispenser minuman, serta perlengkapan untuk membuat bubble tea. Pihak Mixue menyediakan standar peralatan dan layout toko agar sesuai dengan identitas merek mereka.
  • Proses Operasional: Mixue menggunakan bahan baku berkualitas dan proses produksi yang sederhana, tetapi standar, sehingga konsistensi produk di setiap gerai tetap terjaga.
  1. Analisis Manajemen

Manajemen adalah bagian penting dalam studi kelayakan bisnis untuk memastikan bahwa bisnis dapat dijalankan dengan efektif.

  • Struktur Organisasi: Pemilik franchise biasanya akan mempekerjakan beberapa karyawan untuk operasional harian, mulai dari kasir, penyaji, hingga manajer toko. Jumlah karyawan tergantung pada besar kecilnya gerai dan volume penjualan.
  • Pelatihan Karyawan: Mixue menawarkan pelatihan bagi karyawan untuk memastikan mereka memahami standar pelayanan, kebersihan, dan cara menyajikan produk. Hal ini penting agar brand Mixue tetap memiliki reputasi yang baik.
  • Manajemen Stok dan Inventaris: Pengelolaan stok bahan baku seperti es krim, teh, susu, dan topping harus dilakukan dengan baik untuk mencegah kekurangan atau pemborosan.
  1. Aspek Hukum

Sebelum memulai bisnis franchise Mixue, penting untuk memerhatikan aspek hukum yang terkait.

  • Perizinan Usaha: Setiap gerai Mixue harus memiliki izin usaha resmi seperti SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), TDP (Tanda Daftar Perusahaan), dan izin-izin lain yang diperlukan sesuai dengan peraturan daerah setempat.
  • Kontrak Franchise: Sebagai bagian dari jaringan franchise, pemilik franchise harus mematuhi syarat dan ketentuan yang diatur oleh pihak Mixue, termasuk ketentuan tentang royalti, biaya franchise, dan perjanjian kerjasama. Biasanya ada perjanjian khusus yang mengikat pemilik dalam hal standar operasional dan penggunaan merek dagang.
  1. Analisis Keuangan

Salah satu bagian terpenting dari studi kelayakan bisnis adalah analisis keuangan. Aspek ini mencakup investasi awal, proyeksi pendapatan, dan estimasi laba rugi.

  • Investasi Awal: Biaya untuk membuka franchise Mixue berkisar antara Rp300 juta hingga Rp500 juta, tergantung lokasi dan ukuran gerai. Biaya tersebut mencakup biaya franchise, renovasi toko, peralatan, dan persiapan lainnya.
  • Biaya Operasional: Biaya bulanan termasuk gaji karyawan, bahan baku, listrik, air, dan biaya sewa lokasi. Misalnya, biaya bahan baku dapat mencapai sekitar 30% dari total penjualan.
  • Proyeksi Pendapatan: Dengan harga jual yang terjangkau dan volume penjualan yang tinggi, pendapatan harian Mixue bisa cukup signifikan. Jika sebuah gerai mampu menjual 300-500 cup per hari dengan harga rata-rata Rp10.000-Rp20.000 per cup, maka omzet bulanan bisa mencapai Rp100 juta hingga Rp300 juta.
  • Break-Even Point (BEP): Dengan investasi awal yang besar, diperkirakan pemilik franchise dapat mencapai BEP dalam waktu 1 hingga 2 tahun, tergantung pada performa penjualan dan pengelolaan biaya operasional.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan studi kelayakan di atas, bisnis franchise Mixue memiliki prospek yang cukup menjanjikan, terutama di kota-kota besar di Indonesia.

Dengan target pasar yang luas dan tren konsumen yang positif terhadap produk minuman dan es krim, Mixue bisa menjadi pilihan investasi yang menguntungkan.

Namun, calon investor harus memastikan pemilihan lokasi yang strategis, pengelolaan operasional yang efektif, serta mematuhi semua ketentuan dari pihak franchise.

Baca juga: Analisa Kelayakan Usaha: Pengertian, Langkah, Metode & Faktor

Jika semua aspek dikelola dengan baik, maka potensi untuk mencapai laba besar dalam waktu singkat sangatlah mungkin.

Mixue bisa menjadi pilihan bisnis yang menarik, tetapi pastikan untuk melakukan riset mendalam dan berkonsultasi dengan para ahli sebelum mengambil keputusan investasi.

Artikel ini memberikan analisis yang detail namun simpel agar membantu calon investor untuk memahami seluk-beluk bisnis Mixue sebelum memulai langkah pertama.

Bagi Anda yang butuh modal untuk menjalankan usaha ini, silakan ajukan pinjaman gadai BPKB mobil di Danafina.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *