Resesi Ekonomi. Kalian pasti sudah tak asing lagi dengan kata-kata resesi yang akhir-akhir ini sedang hangat dibahas baik di media sosial, berita atau di diskusikan oleh orang terdekat.
Adanya pandemi covid-19, tiga tahun belakangan sontak membuat kaget hampir seluruh masyarakat. Siapa sangka kalau virus tersebut bisa melumpuhkan roda perekonomian seluruh negara.
Terbatasnya ruang gerak masyarakat untuk beraktivitas berdampak pada pelemahan daya beli serta perlambatan ekonomi. Sehingga menyebabkan tingginya angka pengangguran dan jumlah penduduk miskin secara signifikan.
Ditambah lagi perang antara Ukraina dan Rusia yang belum menemukan titik terang hingga saat ini, malah semakin membuat semua negara geger karena memang dampaknya luar biasa.
Baca Juga : 3 Cara Memutar Duit ala Milenial yang Dapat Anda Lakukan!
Pertanyannya sekarang sudah siapkah Kamu menghadapi kemungkinan terburuk Indonesia mengalami resesi ekonomi?
Seberapa paham Kamu mengenai apa itu resesi? Faktor apa yang menjadi penyebab resesi? Serta bagaimana dampak dan langkah pencegahannya?
Jawaban dari semua pertanyaan diatas akan kami bahas secara lengkap dibawah ini, jadi baca sampai selesai ya.
Definisi Resesi Ekonomi
Menurut pakar ekonomi resesi terjadi ketika ekonomi suatu negara mengalami peningkatan jumlah pengangguran, penurunan ritel, produk domestik bruto (PDB) yang negatif dan terdapat kontraksi pendapatan + manufaktur untuk jangka waktu lama maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama 2 kuartal berturut turut.
Produk Domestik Bruto ialah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (Sumber : Bps.go.id).
Definisi resesi sendiri adalah periode melemahnya perekonomian secara signifikan dalam waktu lama.
Menurut Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) resesi ekonomi merupakan penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh ruang lingkup perekonomian berlangsung lebih dari beberapa bulan.
Dampaknya? Perlambatan perekonomian menyebabkan banyak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di beberapa sektor, instrumen investasi mengalami penurunan kinerja membuat para investor mengambil keputusan untuk menempatkan dana tersebut ke instrumen investasi yang lebih aman.
Masyarakat lebih selektif dalam menggunakan uang selama pandemi (fokus memenuhi kebutuhan pokok) bahkan hingga saat ini dikarenakan efek perang Ukraina – Rusia membuat masih daya beli melemah.
Penyebab Resesi Ekonomi
Berikut adalah beberapa faktor penyebab terjadinya resesi ekonomi suatu negara antara lain :
Inflasi
Meningkatnya harga barang secara terus menerus dinamakan juga dengan inflasi. Sesungguhnya inflasi bukan sesuatu yang buruk, tapi apabila kondisi tersebut terlalu berlebihan maka akan masuk ke dalam kategori berbahaya.
Deflasi Berlebihan
Kalau Inflasi berlebihan dapat menyebabkan resesi maka ada yang lebih buruk lagi yaitu terjadinya deflasi. Kenapa? Karena deflasi adalah suatu kondisi dimana harga turun dari waktu ke waktu menyebabkan upah menyusut, kemudian menekan harga.
Pemilik usaha (penyedia barang/jasa) adalah orang yang paling terkena dampaknya. Deflasi terjadi disebabkan jumlah produksi membludak secara bersamaan, menurunnya permintaan produksi dan berkurangnya uang yang beredar di pasaran.
Gelembung Aset (Assets Bubble)
Investor dibuat panik dan mengambil keputusan untuk menjual sahamnya sehingga menyebabkan resesi. kondisi demikian disebut dengan “kegembiraan irasional”.
Investor yang terlalu emosional dalam mengambil suatu keputusan (membeli saham saat ekonomi baik dan menjualnya saat kondisi ekonomi berantakan) mengakibatkan gelembung aset + resesi.
Guncangan Ekonomi
Ketidakstabilan politik dan sosial, bencana alam, terorisme, perang, hingga situasi wabah covid-19 menyebabkan guncangan ekonomi mendadak.
Banyaknya tumpukan hutang individu dan perusahaan membuat biaya pelunasannya meninggi hal itu lama-kelamaan justru mengakibatkan gagal bayar (kredit macet).
Tingginya Suku Bunga
Tingginya suku bunga Bank Sentral Indonesia memicu penurunan tingkat konsumsi masyarakat. Seseorang yang tadinya ingin mengambil rumah atau kendaraan bermotor dengan sistem kredit jadi mengurungkan niatnya karena tingkat suku bunga tinggi.
Perusahaan pun juga mengurungkan niatnya mengambil pinjaman kilat untuk melakukan ekspansi bisnis dan harus menghitung kembali cost.
Situasi-situasi tersebutlah yang membuat perekonomian tidak baik karena lemahnya daya konsumsi / daya beli masyarakat.
Ketidakseimbangan Produksi dan Konsumsi
Dasar perkembangan ekonomi dapat dilihat dari keseimbangan produksi dan konsumsi, jadi apabila tiba-tiba terjadi ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi maka akan mengakibatkan masalah di siklus ekonomi. Penumpukkan barang terjadi akibat produksi yang tidak barengi dengan konsumsi.
Meningkatnya Angkat Pengangguran
Salah satu penggerak roda perekonomian negara adalah tenaga kerja. Negara yang tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan berkualitas, maka tingkat pengangguran meningkat. Resikonya? Angka kriminal tinggi di banyak daerah.
Nilai Impor Lebih Besar dibandingkan Ekspor
Negara yang tidak mampu memproduksi barang sendiri akan mengambil barang import dari negera lain. Begitupun sebaliknya negara akan melakukan ekspor ke negara yang membutuhkan barang tersebut.
Amat disayangkan jika posisinya nilai impor lebih besar dibandingkan ekspor karena mempengaruhi anggaran negara (defisit).
Dampak Resesi Ekonomi
Pemerintah
Pemerintah dituntut memberikan solusi untuk mengakhiri resesi agar lapangan kerja dibuka kembali karena angka pengangguran dan pemutusan hubungan kerja kian meningkat.
Pinjaman pemerintah pun melonjak naik disebabkan karena kebutuhan akan dana tunai besar untuk memenuhi pembangunan infrastruktur agar selesai tepat waktu.
Rendahnya sumber pendapatan negara yang berasal dari pajak dan non-pajak akibat para pekerja menerima upah rendah saat resesi, pembelian properti juga menurun drastis sedangkan pemerintah tetap dituntut untuk melakukan pembangunan di beberapa sektor.
Perusahaan
Tak sedikit bisnis mengalami kebangkrutan sejak awal pandemi hingga sekarang adanya penerapan PKKM level 1/2/3/4 juga ikut mempengaruhi pendapatan.
Faktor Pemicu lainnya yaitu ekonomi negatif, tergerusnya sumber daya riil, krisis kredit, jatuhnya harga aset berbasis hutang dan lain sebagainya.
Pekerja yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK) akan kehilangan sumber pendapatannya dan memicu efek domino.
Masyarakat sekarang lebih berhati-hati dalam menggunakan uang bahan sudah begitu kebutuhan pokok harganya mahal.
Walaupun para pelaku usaha / pelaku bisnis melakukan perang harga untuk menarik pihak pelanggan namun secara tidak langsung tetap berpengaruh terhadap profitabilitas.
Berkurangnya profitabilitas secara terus-menerus perusahaan harus melakukan efisiensi (menutup cabang, memotong biaya operasional, memotong gaji karyawan bahkan mem-PHK karyawan).
Pekerja
Kehilangan pendapatan utama, menganggur dan harus mencari pekerjaan lain dalam waktu cepat itulah kondisi saat ini. Mengingat sainganmu bukan hanya para pekerja lama melainkan fresh graduate.
Begitu besar efek dari tingginya angka pengangguran mulai dari pencurian hingga pembunuhan, alasan mereka melakukan tindakan kriminal pasti tidak jauh-jauh dari ekonomi.
Langkah Pencegahan
Kabar gembira untuk seluruh masyarakat Indonesia menurut sumber berita CNBC, Indonesia berhasil keluar dari ancaman resesi dan pandemic covid-19.
Hal tersebut dilihat dari situasi perekonomian yang sudah kembali ke level tahun 2019 (sebelum terjadi covid).
Rofyanto memperkirakan kalau ekonomi Indonesia pada akhir 2022 akan mencapai 5% ternyata ramalan ini pun juga disampaikan oleh beberapa lembaga Internasional (IMF & Bank Dunia).
Tapi ada baiknya kalau kita tetap harus sama-sama mengetahui apa saja langkah pencegahan resesi ekonomi. Yuk kita simak!
- Pemerintah Melakukan Belanja Besar-besaran
- Bantuan UMKM
- Mengembalikan Kepercayaan Investor
Nah itulah jawaban dari seluruh pertanyaan sebelumnya, semoga membantu Kamu menambah wawasan terkait resesi ekonomi ya. Sampai jumpa